x

Diduga Terima Dana 1 Triliun, Ceo Sriwijaya Air Sakit-sakitan

waktu baca 3 menit
Kamis, 8 Agu 2024 11:12 0 81 admin

MEDAN (Akunberita.id) Masuknya nama Hendry Lie, pendiri maskapai Sriwijaya Air dalam pusaran korupsi PT Timah (Persero/TINS) Tbk, bikin kaget kalangan pengusaha. Apalagi ketika Kejaksaan Agung (Kejagung) resmi menetapkannya sebagai tersangka.

Terhitung sejak 27 April 2024, Hendry bersatus tersangka. Namun, tidak ditahan seperti tersangka lain yang terjerat dugaan korupsi PT Timah Tbk yang merugikan negara hingga Rp300 triliun.

Tak Dibui karena Sakit
Ternyata, Hendry lolos dari bui lantaran menderita sakit yang cukup parah. Sehingga dia harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Mount Elizabet, Singapura.

Penyakitnya pun macam-macam dan berat. Yakni, kanker usus besar stadium tiga, gangguan atrial fibrillation, coronary artery disease (penyakit jantung koroner), dan chronic kidney disease (gagal ganjal kronis).

Diduga Kebagian Duit Korupsi Rp1 Triliun
Dalam perkara ini, Hendry Lie diduga menikmati uang haram sebesar Rp1 triliun. Duit itu didapatkannya selaku Beneficial Ownership, atau pemilik manfaat dari PT Stanindo Inti Perkasa.

Advertisement

Baca Juga:

Kejagung Tegaskan Penarikan Kembali 10 Jaksa Senior KPK tak Terkait Perkara

Di mana, PT Stanindo Inti Perkasa mengajukan Rencana Kerja Anggaran dan Biaya (RKAB) periode 2015-2019.

Dalam RKAB itu, Stanindo seharusnya melakukan penambangan di wilayah IUP masing-masing perusahaan smelter dan afiliasinya.

Ternyata, RKAB itu malah digunakan untuk melegalkan pengambilan bijih timah dari kegiatan tambang ilegal di IUP PT Timah Tbk. Praktik ini, jelas-jelas merusak lingkungan dan merampok duit negara.

Pendiri Sriwijaya Air
Di republik ini, tak banyak pengusaha maskapai penerbangan. Sehingga wajar jika nama Hendry Lie langsung meroket ketika mendirikan maskapai Sriwijaya Air di era 2000-an.

Nama Sriwijaya dipilih agar maskapai ini sukses layaknya Kerajaan Sriwijaya yang dikenal sebagai penguasa maritim terbesar di Asia Tenggara.

Di tengah pasang surutnya bisnis airlines, Sriwijaya Air sempat menjadi salah satu maskapai terbesar di Indonesia.

Baca Juga:

KPK Bantah Ditariknya 10 Jaksa Akibat Rebutan Kasus LPEI dengan Kejagung

Berhasil mengangkut lebih dari 950 ribu penumpang per bulan, dari hubnya di Bandara Internasional Soekarno Hatta ke 53 destinasi di Indonesia dan tiga negara kawasan.

Saat memulai debutnya di Sriwijaya Air, Hendry Lie tak sendiri. Namun membangun kongsi bisnis dengan 3 rekannya yakni Chandra Lie, Johannes Bunjamin, dan Andy Halim. Kebetulan, ketiganya masih saudaranya.

Selain itu, ada beberapa ahli yang ikut merintis berdirinya Sriwijaya Air antara lain Supardi, Capt. Kusnadi, Capt. Adil W, Capt. Harwick L, Gabriella, Suwarsono dan Joko Widodo.

Sriwijaya Air sendiri memulai bisnisnya dengan satu Boeing 737-200. Pada 10 November 2003, Sriwijaya Air memulai penerbangan pertamanya.

Rutenya Jakarta-Pangkal Pinang PP, Jakarta-Palembang PP, Jakarta-Jambi PP, dan Jakarta-Pontianak PP.

Saat ini, Sriwijaya Air memiliki 48 pesawat Boeing dengan total 53 rute, termasuk rute regional Medan-Penang dan rute internasional lainnya.

Dan, operasional Sriwijaya digabungkan ke Garuda Indonesia Group melalui melalui skema kerja sama operasi atau joint operation (KSO).

Baca Juga:

Kejagung Tahan Oknum Anggota TNI terkait Korupsi Penyaluran Kredit di Bekang Kostrad

Hendry Lie juga masuk ke dalam jajaran dewan komisaris Sriwijaya Air, bersama Chandra Lie dan Yusril Ihza Mahendra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA
x