Gaza – Setelah syahidnya Ismail Haniyeh sang pemimpin HAMAS, pada Selasa (6/8/2024) organisasi perlawanan terhadap penjajahan israel ini menunjuk Yahya Sinwar sebagai pemimpinnya yang baru.
Yahya Sinwar merupakan pejabat tinggi HAMAS di Jalur Gaza yang mendalangi serangan 7 Oktober 2003 lalu ke Israel.
Sebagai kepala biro politik yang baru, pemilihan Sinwar, sosok yang bekerja selama bertahun-tahun membangun kekuatan militer HAMAS ini dinilai mampu memimpin HAMAS melawan penjajahan Israel.
Sementara itu, mediator seperti Amerika Serikat (AS), Mesir, dan Qatar berusaha menyelamatkan negosiasi gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera di Jalur Gaza, yang terguncang oleh pembunuhan Haniyeh.
Menanggapi penunjukan Sinwar, juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan kepada televisi Al-Arabiya, “Hanya ada satu tempat untuk Yahya Sinwar, yaitu di samping Mohammed Deif dan teroris 7 Oktober lainnya. Itulah satu-satunya tempat yang kami persiapkan dan tuju untuknya.”
Minggu lalu, Israel mengonfirmasi kematian kepala sayap militer Hamas, Mohammed Deif, dalam serangan udara pada bulan Juli di Jalur Gaza. Namun, Hamas belum membenarkan kematiannya.
Pembunuhan sejumlah pejabat senior Hamas oleh Israel selama beberapa bulan terakhir menjadikan Sinwar sebagai tokoh paling menonjol dalam kelompok tersebut. Pemilihannya menandakan bahwa kepemimpinan di lapangan di Jalur Gaza, khususnya sayap bersenjata yang dikenal sebagai Brigade Qassam, telah mengambil alih kepemimpinan di pengasingan, yang secara tradisional mempertahankan posisi kepemimpinan keseluruhan untuk menavigasi hubungan dengan sekutu asing dan diplomasi.
Haniyeh, yang telah tinggal di pengasingan di Qatar sejak tahun 2019, telah memainkan peran langsung dalam negosiasi gencatan senjata di Jalur Gaza, meskipun dia dan pejabat Hamas lainnya selalu mengajukan proposal Sinwar.
Berbicara kepada televisi Al-Jazeera setelah pengumuman tersebut, juru bicara Hamas Osama Hamdan menuturkan Sinwar akan melanjutkan negosiasi gencatan senjata. Dia menyalahkan Israel dan sekutunya AS atas kegagalan untuk mencapai kesepakatan.
Hamdan menggarisbawahi pemilihan Sinwar sebagai pemimpin baru merupakan tanda bahwa keinginan kelompok tersebut belum dipatahkan.
“Hamas tetap teguh di medan perang dan dalam politik,” tegasnya. “Orang yang memimpin hari ini adalah orang yang memimpin pertempuran selama lebih dari 305 hari dan masih teguh di lapangan.”
Sekutu Hamas, Iran dan Hizbullah, mengeluarkan pernyataan yang memuji penunjukan Sinwar.
Perwakilan Hamas di Iran, Khaled Kaddoumi, menyebut Sinwar sebagai “pilihan konsensus” yang populer di antara semua faksi dan terlibat dalam pengambilan keputusan kelompok tersebut, termasuk dalam negosiasi. Dalam pesan suara kepada AP, dia menyebutkan Sinwar mengetahui aspirasi politik Palestina untuk sebuah negara dan pemulangan para pengungsi, namun dia juga seorang “pejuang yang tangguh di medan perang.”
Para mediator berusaha mendorong garis besar kesepakatan yang didukung AS, namun pembicaraan menemui kendala, khususnya atas persyaratan utamanya yaitu pembebasan semua sandera Hamas yang tersisa sebagai imbalan atas diakhirinya perang dan penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza.
Hamas menuntut jaminan dari para mediator bahwa gencatan senjata awal akan terus berlanjut hingga persyaratan untuk pertukaran diselesaikan. Para pemimpin Israel sendiri terus mengancam melanjutkan pertempuran untuk melenyapkan Hamas.
Tidak ada komentar