Profil Ismail Haniyeh, Pemimpin HAMAS yang syahid
Ismail Haniyeh MEDAN (Akunberita.id) Syahidnya pemimpin tertinggi HAMAS merupakan kedukaan bagi perjuangan rakyat Palestina dalam membebaskan diri dari penjajahan zionis Israel. Pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh syahid akibat serangan yang terjadi di Iran, Rabu (31/7).
Departemen Hubungan Masyarakat Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengatakan serangan terjadi pagi hari dan masih diselidiki penyebabnya.
“Pagi hari ini, kediaman Ismail Haniyeh di Teheran diserang, mengakibatkan dia dan salah satu pengawalnya mati syahid,” sebut Garda Revolusi Iran dalam pernyataannya.
Menurut laporan Reuters dan Al Arabiya, Hamas menyatakan pihaknya tengah berkabung atas kematian Haniyeh. Berdasarkan pernyataannya, Haniyeh syahid dalam serangan roket zionis terhadap kediamannya di Teheran.’
Televisi pemerintah Iran juga melaporkan bahwa Haniyeh syahid bersama salah satu pengawalnya di Teheran. Kedatangannya di Teheran untuk menghadiri seremoni pelantikan Presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian pada Selasa (30/7/2024) kemarin.
Berikut Profil lengkap sang pejuang Palestina, Ismail Haniyeh
Ismail Haniyeh merupakan pemimpin tertinggi HAMAS setelah menggantikan koleganya Khaleed Mishal pada tahun 2017, Haniyeh memainkan peran kunci dalam politik Timur Tengah yang kompleks.
Pria yang lahir pada tahun 1963 di kamp pengungsi Shati, Gaza itu mengenyam pendidikan di sekolah yang dikelola Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Masa kuliahnya ia habiskan di Universitas Islam Gaza dengan gelar sastra Arab pada 1987 silam.
Ismail Haniyeh mulai berkecimpung dengan kelompok Hamas ketika mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Haniyeh juga berpartisipasi dalam protes Intifada Pertama dan sempat dihukum penjara oleh pengadilan militer Israel.
Setelah bebas, otoritas militer Israel di wilayah Palestina yang diduduki memulangkan Haniyeh ke Lebanon bersama para pemimpin senior Hamas, Abdel Aziz al-Rantissi, Mahmoud Zahar, Aziz Duwai, dan 400 aktivis lainnya.
Ismail Haniyeh kembali ke Gaza pada 1993 setelah perjanjian Oslo. Kepemimpinannya di Hamas bermula pada 1997 ketika ia menjadi sekretaris pemimpin spiritual kelompok tersebut yaitu Syaikh Ahmed Yassin.
Haniyeh juga menjadi Perdana Menteri pemerintah Otoritas Palestina setelah kemenangan Hamas dalam pemilihan legislatif tahun 2006. Tetapi, ia diberhentikan oleh Presiden Mahmoud Abbas pada 2007, yang memperdalam konflik politik antara Fatah dan Hamas.
Selama konflik Fatah-Hamas, Ismail Haniyeh sempat ditolak masuk ke Gaza dari Mesir di Perlintasan Perbatasan Rafah saat kembali dari perjalanan resmi pertamanya ke luar negeri sebagai PM pada 2006. Kemudian ketika ia mencoba menyeberangi perbatasan, baku tembak menyebabkan seorang pengawal tewas dan putra sulung Haniyeh terluka.
Ketika tahun 2016, Haniyeh menggantikan pemimpin utama Hamas yang dipimpin Khaled Mashaal dalam pemilihan umum. Ismail Haniyeh disebut sebagai figur tertinggi dalam kelompok Hamas, ia bahkan sering berada di luar gaza untuk menghindari serangan dan blokadi yang dilakukan Israel sembari berkomunikasi dengan beberapa mitra Hamas seperti Qatar dan Iran.
Pada 2019, Ismail Haniyeh meninggalkan jalur Gaza dan tinggal di Turki serta Qatar untuk mewakili Hamas di luar negeri. Selama perang Hamas-Israel, Haniyeh memimpin delegasi Hamas dalam negosiasi yang mediasi oleh Qatar dan Mesir.
Ismail Haniyeh adalah seorang tokoh politik Palestina yang menjabat sebagai pemimpin tertinggi Hamas, sebuah organisasi Islamis Palestina.
Berikut adalah profil lengkapnya:
Nama:
Ismail Abdel Salam Ahmed Haniyeh
Tanggal Lahir:
29 Januari 1963
Tempat Lahir:
Kamp Pengungsi Al-Shati, Gaza, Palestina
Pendidikan:
- Universitas Islam Gaza: Meraih gelar sarjana dalam bidang sastra Arab pada tahun 1987.
Karir Politik:
- 1989: Ditahan oleh otoritas Israel selama tiga tahun karena aktivitasnya dalam Hamas.
- 1992: Dideportasi ke Lebanon bersama dengan para pemimpin Hamas lainnya. Kembali ke Gaza pada tahun 1993.
- 2004: Menjadi asisten senior Sheikh Ahmed Yassin, pendiri Hamas.
- 2005: Diangkat sebagai pemimpin Hamas di Gaza setelah pembunuhan Sheikh Ahmed Yassin dan Abdel Aziz al-Rantissi.
- 2006: Memimpin daftar Hamas dalam pemilihan legislatif Palestina dan memenangkan mayoritas kursi di Dewan Legislatif Palestina.
- 2006-2007: Menjabat sebagai Perdana Menteri Otoritas Nasional Palestina. Namun, pemerintahannya dibubarkan oleh Presiden Mahmoud Abbas pada 2007 setelah konflik internal antara Fatah dan Hamas.
- 2017: Terpilih sebagai Kepala Biro Politik Hamas, menggantikan Khaled Meshaal.
Pandangan Politik:
Ismail Haniyeh dan Hamas secara umum memiliki pandangan yang keras terhadap Israel dan mendukung perlawanan bersenjata sebagai cara untuk mencapai tujuan politik mereka, yaitu pembebasan tanah Palestina dan pembentukan negara Palestina yang merdeka. Haniyeh juga mendukung pendekatan Islamis dalam mengelola pemerintahan dan masyarakat.
Keluarga:
Haniyeh menikah dan memiliki 13 anak. Keluarganya dikenal sangat dekat dengan perjuangan Hamas.
Kontroversi:
- Hamas, di bawah kepemimpinan Haniyeh, telah terlibat dalam berbagai konflik dengan Israel, termasuk serangan roket dari Gaza ke wilayah Israel dan tindakan balasan dari militer Israel yang sering kali menimbulkan korban di kedua belah pihak.
- Hamas diklasifikasikan sebagai organisasi teroris oleh sejumlah negara termasuk Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Israel, sementara beberapa negara dan organisasi internasional lain menganggapnya sebagai gerakan pembebasan nasional.
Pengaruh Internasional:
Haniyeh dikenal memiliki hubungan baik dengan beberapa negara dan organisasi yang mendukung perjuangan Palestina, seperti Iran, Qatar, dan Turki.
Pranala Luar:
Haniyeh sering berbicara di forum-forum internasional dan menggunakan platform media untuk menyuarakan pandangan Hamas dan isu-isu Palestina.
Profil ini memberikan gambaran umum tentang Ismail Haniyeh sebagai seorang tokoh penting dalam politik Palestina dan pemimpin Hamas.
Pos terkait
Tidak ada komentar