Akunberita.id. Al Jam’iyatul Washliyah adalah organisasi kemasyarakatan Islam yang terbesar di Sumatera Utara. Tujuan utama pendirian Al Jam’iyatul Washliyah adalah untuk mempersatukan umat Islam yang terpecah dan berbeda pandangan, serta turut berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Berikut sejarah berdirinya Al Jam’iyatul Washliyah
Awal Berdiri:
Pada awal kurun ke-20, perselisihan antara Kaum Tua dengan Kaum Muda di Minangkabau merambat ke Sumatra Timur. Perseteruan antara dua kubu tersebut menjadi bahan pembicaraan di Maktab al-Islamiyah Tapanuli (MIT). Dari hasil musyawarah murid-murid di MIT, akhirnya terbentuklah Al Jam’iyatul Washliyah pada 30 November 1930, yang bertepatan dengan 9 Rajab 1349 Hijriyah.
MIT sendiri baru didirikan pada bulan Mei 1918 oleh para ulama Kaum Tua dari Mandailing. Gedung Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) Medan di belakang Masjid Lama Gang Bengkok, kini menjadi Museum Al Washliyah.
Al Washliyah mendapat dukungan dari beberapa ulama Kaum Tua Sumatra Timur seperti Syekh Muhammad Yunus, Syekh Ja’far Hasan, Syekh Ilyas Kadi, dan Syekh Hasan Maksum yang juga membina lembaga Kaum Tua dari para pelajar Melayu, Al Ittihadiyah.
Dukungan dari alim ulama yang sebagian besar memiliki hubungan dengan kesultanan-kesultanan di Sumatra Timur memberikan akses kepada Al Washliyah dalam menyebarkan pengaruh dengan mendirikan madrasah-madarasah Al Washliyah, menjadi penyelenggara hari-hari besar Islam di lingkungan kesultanan, dan lain-lain.
Pada 1933, Al Washliyah mengirimkan misi dakwah ke Porsea, Tapanuli yang terdiri dari H. Abdul Kadir, H. Yusuf Ahmad Lubis, H. Haslim, dan H. Abdurrahman Syihab. Misi dakwah tersebut berhasil mengislamkan banyak penduduk Porsea sehingga pada tahun berikutnya, Al Washliyah mengirim banyak guru ke Tanah Batak. Keberhasilan Al Washliyah dalam penyebaran Islam di Porsea mendapat banyak pujian dari berbagai kelompok Islam.
Para Pendiri
Organisasi ini bermula dari sebuah kelompok studi yang dibentuk oleh murid-murid MIT (Maktab Islamiyah Tapanuli). Para pendiri organisasi ini adalah H. Muhammad Arsyad Thalib Lubis, H. Abdurrahman Syihab, H. Ismail Banda, H. Yusuf Ahmad Lubis, H. Adnan Nur Lubis, H. Syamsuddin, H. Sulaiman, Tuan Arsyad mendirikan Al Jamiyatul Al Wasliyah pada 9 Rajab 1349 Hijriyah atau bertepatan 30 November 1930 Masehi, dengan Ketua pertamanya dijabat oleh H. Ismail Banda.
Tujuan Utama:
Al Washliyah didirikan dengan tujuan untuk mempersatukan umat Islam yang terpecah dan berbeda pandangan, serta turut berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Para pendiri Al Washliyah turut berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, seperti tokoh-tokoh yang gugur dan dipenjarakan oleh penjajah Belanda.
Dakwah dan Pendidikan:
Al Washliyah juga aktif dalam bidang dakwah dan pendidikan untuk memajukan Islam, seperti misi dakwah ke Porsea, Tapanuli
Keterlibatan dalam politik
Al Washliyah bergabung ke Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) pada 5 Agustus 1941. Sebagian besar tokoh Al Washliyah ditunjuk menjadi pemegang tugas zending Islam oleh MIAI setelah para petinggi MIAI mendengar kesuksesan Al Washliyah dalam berdakwah di daerah non-Muslim seperti Porsea. Ketika MIAI dibubarkan oleh Jepang dan digantikan dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) pada 14 Oktober 1943, Al Washliyah turut bergabung ke organisasi baru tersebut.
Masyumi sejak dari pembentukannya merupakan kendaraan politik Al Washliyah selama Orde Lama. Saat Nahdlatul Ulama memutuskan untuk menjadi partai politik terpisah dari Masyumi pada 1952, Al Washliyah bersama dengan Al Ittihadiyah dan Persatuan Ummat Islam menjadi kelompok tradisionalis yang masih bertahan di Masyumi, disusul kemudian dengan masuknya Mathla’ul Anwar dan Nahdlatul Wathan ke Masyumi setelah memisahkan diri dari NU. Pada Pemilu 1955, para politikus Al Washliyah terpilih sebagai anggota DPR dan Konstituante mewakili Masyumi.
Setelah Masyumi dibubarkan pada 1960, Al Washliyah mengalihkan pilihan politiknya kepada Parmusi. Parmusi bergabung ke PPP pada masa Orde Baru
sumber : wikipedia, washliyah.or.id