Kata-kata Monumental Syech HM. Arsyad Thalib Lubis

  • Bagikan
arsyad thalib lubis

MEDAN (AKunbberita.id) HM Arsyad Thalib Lubis ulama, kelahiran Stabat, Oktober 1908 bertepatan bulan ramadhan 1326 H dikenal sebagai ulama, penulis, politikus dan pendiri Al Washliyah.

Sebagaimana diketahui Al Washliyah adalah salah satu organisasi Islam di Indonesia yang didirikan 30 Maret 1930. Jasa HM Arsyad Lubis tidak dapat dipisahkan dari sejarah tradisi ke ulamaan Al Jami’iyatul Al Washliyah, kontribusinya bersama membesarkan Al Wasliyah adalah memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, menjaga stabilitas masyarakat dan meningkatkan pendidikan di Sumatera Utara.

Sebagai seorang Ulama, Tuan Arsyad banyak menuliskan kata-kata Monumental untuk generasi penerusnya. Berikut kata-katanya;
(1)
Ku meninggalkan kepadamu organisasi Al Washliyah; cintailah perkumpulan ini, perkuatlah organisasinya dan bersihkan Washliyah dari pemimpin yang tidak bertaqwa kepada Allah SWT.
Aku doakan Al Washliyah tetap menjadi perhimpunan yang melaksanakan ajaran Islam oleh orang-orang bertaqwa, jujur dan adil.

(2)
Selama Al Washliyah Sebagai Alat Untuk Mengembangkan Ajaran Islam, Peliharalah Ia (Al Washliyah) Dengan Baik. Kembangkan dan Perjuangkanlah Ia.
INGAT AKU MENGAJAR.. AKU MENULIS.. dan AKU BERJUANG…

(3)
Umat Islam Mesti Bersatu, Jangan Berpecah Belah.
Jangan Pikirkan Perbedaan yang Sedikit, Tetapi Pikirkan Persamaan yang Banyak.

(4)
Komunisme adalah bentuk imperialisme yang sekejam – kejamnya. Maka perlu diadakan undang – undang yang melarang mendirikan Partai yang berpaham anti Tuhan (Komunisme)
di Indonesia. Hal ini terutama mengigat bahwa negara Republik Indonesia adalah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
(5)
BIAR KURUS ASAL LURUS

(6)
Kutitipkan organisasi ini (Al Jam’iyatul Washliyah) sebagai Alat Berdakwah dan Pemersatu Umat Islam.

(7)
Suatu Saat Perjuangan Dalam Lapangan Politik Islam Akan Kandas & Patah di Tengah Jalan, Jika Perjuangan Dalam Lapangan Dakwah Ditinggalkan.

(8)
Sebenarnya Atheisme dalam sejarah kepercayaan manusia telah menempuh asa panjang dan telah mengalami pasang surut pasang naik. Atheisme adalah suatu paham tidak mempercayai Tuhan
Yang Saya sebut dengan paham anti Tuhan.

(9)
Jadilah Kalian Orang yang Bisa Mengajar, Bisa Pidato & Bisa Menulis.

(10)
Aku mengingatkan bahwa aku seorang yang beriman dan bercita-cita agar ajaran Tuhan menjadi pedoman hidup yang diamalkan di dunia ini, maka hidupku kugunakan untuk kepentingan cita. Aku mengajar, aku berdakwah, aku mengarang dan aku bangun Al Washliyah, agar dapat terlaksana cita tersebut.

(11)
Kini, usiaku telah lanjut, hatiku tertunggu-tunggu datangnya panggilan Tuhan, maka disamping berbagai persoalan, aku mengharapkan agar cita-citaku dapat terlaksana, sekali lagi, aku mengharapkan agar cita-citaku dapat diteruskan oleh anak-anakku”.

(12)
Saya Menyaksikan Sendiri Apa Sebenarnya Yang Telah Terjadi Selama Kaum Komunis Telah Berkuasa di Turkistan, Itu Sebenarnya Penindasan dan Perkosaan Terhadap Agama Islam Telah Dilakukan Dengan Sekejam – Kejamnya.

(13)
Komunisme Adalah Anti Tuhan yang Amat Berbahaya Bagi Umat yang Beragama. Penganutnya Akan Melakukan Tindakan Kekerasan & Menegakkan Pemerintahan yang Diktator.

(14)
“… menurut faham dan pendirian saya, perang dan pertempuran melawan bangsa Belanda dan pembantu-pembantunya yang hendak menguasai tanah air kita Indonesia ini, termasuk perang yang diridhai Allah, perang melawan musuh-musuh Allah, dan perang yang akan meninggikan kalimatullah di Indonesia. Sebab itu, siapa yang turut dalam perang tersebut dengan niat yang ikhlas, niat akan meninggikan kalimatullah, niat menuntut pahala dan keridaan Allah dan niat membinasakan musuh-musuh Allah, adalah ia berperang itu di dalam sabilillah, (dan) apabila mati terbunuh, matinya syahid fi sabilillah, syurga menjadi tempatnya”.

(15)
“Ketika itu umat Islam dari segenap penjuru datang meminta tuntunan. Untuk apa kita berdjuang. Untuk apa kita mati. Apa hukumnja perang melawan Belanda. Apa jang dikatakan perang sabil. Bagaimana jang dinamakan sjahid. Apa tuntunan Islam dalam berperang. Maka untuk memenuhi tuntutan tersebut, saja usahakan sedapat mungkin di tengah-tengah tentara sekutu dan dentuman peluru di kota Medan menuliskan Risalah Tuntunan Perang Sabil untuk menjadi pedoman dan pendorong bagi pejuang-pejuang Islam dewasa itu”.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *