Medan. (akunberita.id) Tahukah kamu? Salah satu jenis penyakit yang perlu kita diwaspadai ialah difteri. kenapa ? karena difteri merupakan penyakit berbahaya yang membutuhkan penanganan segera. Jika tidak, penyakit ini bisa menimbulkan komplikasi yang bisa merusak fungsi organ lainnya hingga berisiko mengancam nyawa.
Selain itu, difteri juga sangat mudah menular, sehingga berbahaya bagi orang-orang di lingkungan sekitarnya.
Lalu, apa itu difteri, penyebabnya dan mengapa penyakit ini sangat berbahaya?
Difteri dan penyebabnya
Difteri adalah penyakit yang menyerang sistem pernapasan atas dan tenggorokan. Kondisi ini menyebabkan selaput jaringan mati dan menumpuk di tenggorokan dan amandel.
Akibatnya, penderita difteri mengalami kesulitan bernapas dan menelan.
Dikutip dari laman Kemenkes, penyebab utama difteri adalah infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae.
Bakteri ini paling sering menginfeksi bagian hidung dan tenggorokan. Setelah menginfeksi, bakteri melepaskan zat berbahaya yang disebut racun. kemudian menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan lapisan abu-abu tebal. Lapisan ini umumnya terbentuk di area hidung, tenggorokan, lidah dan saluran udara.
Dalam beberapa kasus, racun yang dihasilkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae dapat menyebar dan menimbulkan gangguan pada bagian tubuh lain, mulai dari kulit hingga kerusakan pada jantung, ginjal atau otak.
Difteri juga berpotensi mengancam jiwa bila tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Faktor risiko difteri
Difteri adalah penyakit menular yang dapat menyebar melalui percikan air liur atau menghirup udara yang dihembuskan oleh penderitanya melalui batuk atau bersin.
Selain partikel udara, difteri juga dapat menular melalui sentuhan benda yang terkontaminasi bakteri.
Misalnya, seseorang berisiko tinggi tertular difteri jika memegang tisu bekas penderita difteri.
Meski jarang terjadi, difteri juga dapat menyebar melalui peralatan pribadi yang digunakan bersama, salah satunya handuk.
Selain melalui benda, tersentuh pada luka terbuka yang telah terpapar bakteri juga bisa menjadi salah satu penyebab seseorang tertular difteri.

Penyakit difteri sebenarnya bisa menyerang orang dari segala usia. Namun, anak-anak dengan usia dibawah 5 tahun dan orang dewasa di atas 60 tahun lebih berisiko terkena penyakit difteri.
Risiko terserang difteri juga akan lebih rentan menyerang orang yang tidak mendapat imunisasi secara lengkap atau tidak mendapat imunisasi sama sekali.
Sejak tahun 2018, WHO melaporkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang mengalami peningkatan isu difteri.
Selain itu, difteri juga lebih berisiko terjadi pada orang yang tinggal di area padat penduduk atau buruk kebersihannya, atau bepergian ke wilayah yang sedang terjadi wabah difteri.
Gejala Difteri
Menurut Kemenkes, gejala difteri muncul 2 sampai 5 hari setelah seseorang terinfeksi bakteri penyebab difteri.
Dalam beberapa kasus, penderita difteri juga mungkin tidak mengalami dan menunjukkan gejala apa pun. Sementara sebagian penderitanya bisa mengalami gejala ringan yang menyerupai flu biasa.
Menular dan Berbahaya, Difteri Harus Dicegah
Gejala difteri yang paling khas adalah terbentuknya lapisan abu-abu tebal pada tenggorokan dan amandel.
Selain lapisan abu-abu di tenggorokan, penderita difteri juga mungkin mengalami gejala batuk, suara serak dan sakit tenggorokan.
Sementara Menurut Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh, gejala difteri lain yang dapat muncul meliputi:
- Demam lebih dari 38 derajat celcius.
Iklan untuk Anda: VIDEO Selamat saat Disergap Hamas, Tentara Israel Sebut Mimpi Buruk di Medan Perang
Advertisement by
- Nyeri atau sakit saat menelan
- Leher membengkak akibat pembengkakan kelenjar leher.
- Sesak napas disertai bunyi.
Pencegahan Difteri
Penyakit difteri dapat dicegah dengan melakukan beberapa upaya.
Namun satu-satunya pencegahan difteri yang diyakini paling efektif adalah mendapatkan vaksinasi difteri.
Dilansir dari laman resmi Kemenkes, berikut beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah difteri dan penyebarannya.
- Imunisasi DPT
Di Indonesia, vaksin difteri adalah salah satu vaksinasi wajib yang diberikan untuk balita ketika melakukan imunisasi.
Pada anak-anak, vaksin difteri diberikan dalam bentuk vaksin kombinasi dengan vaksin tetanus dan batuk rejan (pertusis), atau disebut imunisasi DPT.
Imunisasi DPT sudah termasuk ke dalam program nasional imunisasi dasar lengkap yang diberikan pada anak sejak usia 2, 3, 4, dan 18 bulan, serta usia 5 tahun.
Tiga dosis imunisasi dasar vaksin DPT-HB-Hib diberikan ketika anak berusia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan, untuk melindungi tubuh dari penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, meningitis, dan pneumonia yang disebabkan oleh Haemophylus influenzae tipe B.
Selanjutnya, pemberian vaksin difteri lanjutan dalam bentuk Td (kombinasi tetanus dan difteri), dilakukan pada anak ketika beranjak sekolah dasar yaitu pada bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
- Konsultasi dengan Dokter
- Konsultasikan dengan dokter jika anak belum mendapatkan vaksin DPT, terutama jika sudah berusia lebih dari 7 tahun
- Antibiotik
Selain untuk mengatasi difteri, antibiotik juga dapat diberikan pada orang yang kontak dekat dengan penderita sebagai pencegahan.
Pencegahan difteri juga dapat dilakukan dengan perilaku hidup bersih dan sehat serta menerapkan protokol kesehatan terutama memakai masker dan menjauhi kerumunan.
Jika mendapati anak mengalami gejala penyakit difteri, segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk segera mendapatkan penanganan.